Doa Lintas Agama Membuka Konferensi Internasional Lintas Agama di Jakarta

JAKARTA, PGI.OR.ID — Kegiatan Inter-Religious Conference on Freedom of Religion and Rights of Religious Minorities in Asia resmi dibuka dengan doa lintas agama yang berlangsung di Auditorium Grha Oikoumene, Jakarta, Rabu (17/9). Enam tokoh lintas agama, yakni Pdt. Lenta Simbolon (Kristen – PGI), Swami Gururethnam Jnana Thapaswi (Hindu – India), Dr. Hussain Madavoor (Islam – India), Harkirtan Kaur (Sikh – Indonesia), Phramaha Napan Thawornbanjob (Buddha – Thailand), serta Xs. Budi Santoso Tanuwibowo (Konghucu – Indonesia) mewakili peserta untuk menaikkan doa-doa. Dalam doa mereka, terungkap permohonan agar tercipta kebaikan, kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan bagi dunia. Para peserta pun menyampaikan harapan serupa melalui pesan tertulis yang dihimpun panitia.

Dalam pembukaan acara, Sekretaris Jenderal Christian Conference of Asia (CCA), Dr. Mathews George Chunakara, menyampaikan salam selamat datang sekaligus apresiasi atas kehadiran para peserta. Ia berharap selama tiga hari penyelenggaraan, konferensi ini dapat menghasilkan gagasan yang membawa manfaat nyata. “Tantangan yang dihadapi oleh minoritas agama di Asia beririsan dengan isu perlindungan hak minoritas dan kebebasan beragama. Pengakuan terhadap minoritas agama harus melampaui perlindungan hukum, dan para pembuat kebijakan harus mengembangkan strategi untuk mendorong kesetaraan, inklusivitas, dan perlindungan martabat serta hak setiap manusia serta kebebasan beragama dan berkeyakinan setiap individu. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan upaya kolektif melalui kerja sama antaragama dan saling pengakuan,” ungkapnya.

Ketua Umum PGI, Pdt. Jacky Manuputty, menegaskan bahwa Asia adalah rumah bagi seluruh agama. Karena itu, konferensi ini diharapkan tidak berhenti pada forum diskusi semata, melainkan menjadi gerakan moral yang memperjuangkan keadilan dan perdamaian dunia."'Kerukunan antarumat beragama dan kebebasan beragama bukanlah cita-cita utopis. Keduanya merupakan upaya kolektif yang dimulai dengan pengakuan bahwa setiap agama mengandung nilai-nilai universal: kasih, keadilan, pengampunan, dan penghormatan terhadap martabat manusia," tegasnya.

Konferensi ini diinisiasi oleh CCA bekerja sama dengan PGI serta didukung oleh United Evangelical Mission (UEM). Selama tiga hari, 17–19 September 2025, bertempat di Grha Oikoumene, Jakarta, peserta diajak menggumuli dan menganalisis kondisi kebebasan beragama bagi kelompok minoritas di Asia, mengidentifikasi isu-isu kunci, berbagi praktik terbaik, hingga merumuskan rekomendasi kebijakan.

Sejumlah sesi tematik disiapkan, antara lain: Freedom of Religion and Rights of Religious Minorities in Asia: Challenges, Upholding the Values of Human Dignity and Human Rights: Inter-Religious Perspectives, Specific Country Situations, hingga The Role of Judiciary in Upholding Constitutional Guarantees on Freedom of Religion and the Rights of Religious Minorities in Asia. Peserta juga akan mendiskusikan strategi advokasi efektif melalui kolaborasi lintas negara. Pada hari terakhir, peserta dijadwalkan melakukan kunjungan ke Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral melalui Terowongan Silaturahim, sebagai simbol persaudaraan dan kerukunan umat beragama.

Konferensi internasional ini diikuti sekitar 80 peserta yang merupakan tokoh agama dari 13 negara, termasuk Sri Lanka, Myanmar, Malaysia, Thailand, Kamboja, Laos, India, Pakistan, Bangladesh, dan Nepal. Menteri Agama RI, Prof. Nasaruddin Umar, turut hadir dan menyampaikan keynote speech pada pembukaan, bersama Dirjen Bimas Kristen Kemenag RI, Jeane Marie Tulung. Para peserta menyambut dengan antusias kesempatan untuk duduk bersama dalam konferensi ini, dengan semangat membangun pemahaman demi terwujudnya kehidupan bersama yang damai dan harmonis.